WHO: Ribuan Kasus Baru Ebola Akan Muncul di Liberia
VIVAnews - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan akan muncul ribuan kasus penyakit baru Ebola di Liberia, dalam tiga pekan mendatang. Hal itu disebabkan, penanganan kasus Ebola di sana kurang ditangani secara serius.
Diberitakan BBC, Senin 8 September 2014, sejauh ini sekitar 2.100 orang tewas akibat Ebola di empat negara kawasan Afrika Barat yaitu Guinea, Liberia, Sierra Leone, dan Nigeria pada tahun ini. Sementara itu, jumlah
Diberitakan BBC, Senin 8 September 2014, sejauh ini sekitar 2.100 orang tewas akibat Ebola di empat negara kawasan Afrika Barat yaitu Guinea, Liberia, Sierra Leone, dan Nigeria pada tahun ini. Sementara itu, jumlah
kematian petugas kesehatan yang menangani virus tersebut mencapai 79 orang.
"Kunci dalam menghadapi perkembangan Ebola dan membantu Liberia, yakni dengan meningkatkan skala persiapan dibandingkan saat ini, yaitu hingga tiga atau empat kali lipat," ungkap WHO.
Tingkat penyebaran virus itu di Liberia termasuk tinggi. Bahkan, taksi digunakan sebagai alat transportasi untuk membawa pasien terjangkit Ebola menuju ke rumah sakit.
Menurut WHO, taksi justru malah bisa menjadi sumber penyebaran baru virus Ebola. Selain itu, jumlah tempat tidur yang tersedia untuk merawat pasien di rumah sakit juga minim.
Sebagai contoh di daerah Montserrado, Liberia, hanya tersedia 240 tempat tidur. Padahal, mereka membutuhkan 1.000 tempat tidur.
"Apabila pasien ditolak, mereka tidak memiliki pilihan lain, selain kembali ke komunitas dan rumah mereka. Sehingga, tidak dapat dihindari, mereka bisa menginfeksi orang lain," imbuh WHO.
Selain itu, jumlah dokter di Liberia pun termasuk minim yaitu satu per 100 ribu orang. Itu pun, jumlah petugas medis sebelum staf mereka tewas akibat Ebola.
Cara warga memakamkan pasien yang tewas juga masih belum jelas. Warga bisa jadi menyentuh jenazah dan mengonsumsi makanan di dekat makam tersebut.
"Kunci dalam menghadapi perkembangan Ebola dan membantu Liberia, yakni dengan meningkatkan skala persiapan dibandingkan saat ini, yaitu hingga tiga atau empat kali lipat," ungkap WHO.
Tingkat penyebaran virus itu di Liberia termasuk tinggi. Bahkan, taksi digunakan sebagai alat transportasi untuk membawa pasien terjangkit Ebola menuju ke rumah sakit.
Menurut WHO, taksi justru malah bisa menjadi sumber penyebaran baru virus Ebola. Selain itu, jumlah tempat tidur yang tersedia untuk merawat pasien di rumah sakit juga minim.
Sebagai contoh di daerah Montserrado, Liberia, hanya tersedia 240 tempat tidur. Padahal, mereka membutuhkan 1.000 tempat tidur.
"Apabila pasien ditolak, mereka tidak memiliki pilihan lain, selain kembali ke komunitas dan rumah mereka. Sehingga, tidak dapat dihindari, mereka bisa menginfeksi orang lain," imbuh WHO.
Selain itu, jumlah dokter di Liberia pun termasuk minim yaitu satu per 100 ribu orang. Itu pun, jumlah petugas medis sebelum staf mereka tewas akibat Ebola.
Cara warga memakamkan pasien yang tewas juga masih belum jelas. Warga bisa jadi menyentuh jenazah dan mengonsumsi makanan di dekat makam tersebut.
Tidak efektif
Cara konvensional dalam menangani kasus Ebola di Liberia, kata WHO, juga tidak efektif. Saran seperti menghindari kontak fisk dengan mereka yang terinfeksi Ebola dan menggunakan perlengkapan perlindungan pribadi, justru jauh lebih efektif di Senegal dan Nigeria.
Respons dari dunia internasional pun, kata WHO, diperlukan agar krisis Ebola bisa segera ditangani. Pemerintah AS dan Inggris menjanjikan akan membuka pusat perawatan yang baru di Afrika Barat.
Militer Inggris menyebut, mereka akan menyediakan 50 tempat tidur baru di dekat kota Freetown, Ibu kota Sierra Leone. Sementara itu, AS akan mengirimkan 25 tempat tidur untuk rumah sakit darurat di Liberia dengan total biaya mencapai US$22juta, atau Rp258 miliar. (asp)
Respons dari dunia internasional pun, kata WHO, diperlukan agar krisis Ebola bisa segera ditangani. Pemerintah AS dan Inggris menjanjikan akan membuka pusat perawatan yang baru di Afrika Barat.
Militer Inggris menyebut, mereka akan menyediakan 50 tempat tidur baru di dekat kota Freetown, Ibu kota Sierra Leone. Sementara itu, AS akan mengirimkan 25 tempat tidur untuk rumah sakit darurat di Liberia dengan total biaya mencapai US$22juta, atau Rp258 miliar. (asp)
Post a Comment