ISP Inggris Perkenalkan Tombol Jihad

Ilustrasi
VIVAnews - Perusahaan-perusahaan penyedia layanan internet (ISP) di Inggris, memperkenalkan cara baru untuk menangkal ekstrimisme di dunia maya, melalui "tombol jihad."

Dilansir dari BBC, Sabtu 15 November 2014, sejumlah ISP berkomitmen memperkuat penyaringan, dengan menambahkan tombol pelaporan publik, untuk materi yang terkait dengan terorisme.

Walau begitu, belum ada perjanjian spesifik yang dibuat dengan pemerintah. Sejumlah pihak masih mempertanyakan transparansi mengenai materi apa yang akan diblokir.

Perdana Menteri Inggris David Cameron pada anggota parlemen Australia, di Canberra, mengatakan perusahaan teknologi memiliki tanggung jawab sosial untuk menghadapi para jihadis.

Cameron menyebut sudah menekan perusahaan-perusahaan teknologi, untuk ikut menangani ekstrimisme. "Di Inggris, kami menekan mereka untuk melakukan lebih," katanya.

Termasuk memperkuat penyaringan, meningkatkan mekanisme pelaporan, serta proaktif dalam menangani materi membahayakan. Propaganda teroris saat ini menyebar di berbagai media sosial.

Langkah yang dimaksud Cameron, diyakini muncul pada sebuah pertemuan, Oktober lalu, untuk membahas cara-cara yang bisa dilakukan ISP dalam membantu menangkal ekstrimisme online.

Pada catatan singkat hasil pertemuan itu disebutkan para ISP berkomitmen untuk menyaring materi ekstrimis dan teroris, serta menyediakan sebuah tombol pelaporan publik.

Tombol itu akan bekerja dengan cara yang sama, seperti fungsi tombol yang telah ada untuk melaporkan materi terkait dengan eksploitasi seks anak, dan terhubung langsung ke kepolisian.

Langkah itu masih menimbulkan masalah, karena kelompok ekstrimis seperti ISIS biasa menggunakan saluran seperti YouTube, atau Twitter yang tidak membatasi penggunaan.
Kelompok aktivis anti sensor internet, Open Rights Group, mengatakan penggunaan teknologi untuk menangkal ekstrimisme akan tidak efektif.

"Kami butuh transparansi manakala materi politik diblokir, bahkan saat kita bicara tentang situs yang menyebarkan pandangan ekstrimis," kata Jim Killock, direktur ORG yang dikutip BBC. (ita)

No comments

Powered by Blogger.