PM Irak Nuri al-Maliki Mundur
VIVAnews -- Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki memutuskan untuk mundur dari posisinya, Kamis, 14 Agustus 2014. Dan, dia membiarkan wakil ketua parlemen, Haider al-Abadi, mengisi posisinya.
Maliki memilih mendukung pencalonan al-Abadi setelah mendapat tekanan dari kalangan internasional. Diberitakan Channel News Asia, 15 Agustus 2014, Maliki menyampaikan pengunduran dirinya itu melalui televisi dan didampingi al-Abadi.
"Saya mengumumkan di hadapan Anda hari ini, pencabutan nama saya dari kandidat PM selanjutnya agar bisa membiarkan saudara saya Doktor Haidar al-Abadi maju," ungkap Maliki.
Pria yang telah menjabat sebagai PM selama delapan tahun itu beralasan memiliki mundur untuk memfasilitasi kemajuan proses politik dan pembentukan pemerintahan baru. Kendati sebelumnya, Maliki tetap bersikukuh dialah yang seharusnya memiliki hak untuk membentuk sebuah pemerintah baru. Namun, pada akhirnya dia membiarkan orang lain yang melakukannya.
Juru bicara Maliki, Ali Mussawi, membantah bosnya masih tetap bersikukuh untuk berada dalam lingkar pemerintahan. Menurut Mussawi, Maliki tidak pernah mengeluhkan kebijakan Presiden Fuad Masum yang mencalonkan al-Abadi sebagai PM baru.
Pengunduran diri Maliki juga dipicu oleh arah kebijakannya yang dinilai oleh banyak kalangan lebih berpihak kepada kelompok mayoritas di Irak, yaitu Syiah. Sementara hal itu justru memicu kebencian dan terjadi radikalisasi di kalangan minoritas Sunni.
Maliki memilih mendukung pencalonan al-Abadi setelah mendapat tekanan dari kalangan internasional. Diberitakan Channel News Asia, 15 Agustus 2014, Maliki menyampaikan pengunduran dirinya itu melalui televisi dan didampingi al-Abadi.
"Saya mengumumkan di hadapan Anda hari ini, pencabutan nama saya dari kandidat PM selanjutnya agar bisa membiarkan saudara saya Doktor Haidar al-Abadi maju," ungkap Maliki.
Pria yang telah menjabat sebagai PM selama delapan tahun itu beralasan memiliki mundur untuk memfasilitasi kemajuan proses politik dan pembentukan pemerintahan baru. Kendati sebelumnya, Maliki tetap bersikukuh dialah yang seharusnya memiliki hak untuk membentuk sebuah pemerintah baru. Namun, pada akhirnya dia membiarkan orang lain yang melakukannya.
Juru bicara Maliki, Ali Mussawi, membantah bosnya masih tetap bersikukuh untuk berada dalam lingkar pemerintahan. Menurut Mussawi, Maliki tidak pernah mengeluhkan kebijakan Presiden Fuad Masum yang mencalonkan al-Abadi sebagai PM baru.
Pengunduran diri Maliki juga dipicu oleh arah kebijakannya yang dinilai oleh banyak kalangan lebih berpihak kepada kelompok mayoritas di Irak, yaitu Syiah. Sementara hal itu justru memicu kebencian dan terjadi radikalisasi di kalangan minoritas Sunni.
Disambut baik
Kabar ini disambut baik oleh Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Susan Rice. Dia memuji keputusan Maliki yang bersedia mundur agar bisa memudahkan langkah menyatukan Irak.
Sebelumnya, Presiden Barack Obama telah menawarkan dukungannya kepada PM yang dipilih, al-Abadi.
"Dia masih memiliki sebuah tantangan besar untuk menyatukan sebuah pemerintahan. Namun, kami berharap, situasi akan bergerak ke arah yang benar," ujar Obama.
Dalam kesempatan itu, Obama turut menyampaikan apresiasinya kepada pasukan AS karena sukses melakukan operasi distribusi bantuan kemanusiaan di bagian utara Irak. Puluhan ribu warga Irak yang mengungsi ke sana berhasil tertolong sejak kabur akibat takut ancaman kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Kami membantu menyelamatkan banyak jiwa yang tidak bersalah. Kami tidak berencana melakukan operasi tambahan agar bisa mengevakuasi warga dari gunung itu. Dan sepertinya, kami tidak akan melanjutkan pengiriman bantuan kemanusiaan dari udara ke gunung tersebut," kata Obama.
Namun, dia menegaskan, serangan udara yang telah disahkan tanggal 8 Agustus lalu tetap terus berjalan. Hal itu, ujar Obama, untuk melindungi warga dan fasilitas milik Negeri Paman Sam di Irak.
Sebelumnya, Presiden Barack Obama telah menawarkan dukungannya kepada PM yang dipilih, al-Abadi.
"Dia masih memiliki sebuah tantangan besar untuk menyatukan sebuah pemerintahan. Namun, kami berharap, situasi akan bergerak ke arah yang benar," ujar Obama.
Dalam kesempatan itu, Obama turut menyampaikan apresiasinya kepada pasukan AS karena sukses melakukan operasi distribusi bantuan kemanusiaan di bagian utara Irak. Puluhan ribu warga Irak yang mengungsi ke sana berhasil tertolong sejak kabur akibat takut ancaman kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Kami membantu menyelamatkan banyak jiwa yang tidak bersalah. Kami tidak berencana melakukan operasi tambahan agar bisa mengevakuasi warga dari gunung itu. Dan sepertinya, kami tidak akan melanjutkan pengiriman bantuan kemanusiaan dari udara ke gunung tersebut," kata Obama.
Namun, dia menegaskan, serangan udara yang telah disahkan tanggal 8 Agustus lalu tetap terus berjalan. Hal itu, ujar Obama, untuk melindungi warga dan fasilitas milik Negeri Paman Sam di Irak.
Post a Comment