Menlu RI: Gerakan ISIS Tidak Bisa Diberantas dengan Kekerasan
VIVAnews - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan paham yang dianut oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) sudah dilarang untuk berkembang di Indonesia. Namun, Marty berharap, kelompok itu bisa dilawan bukan dengan tindak kekerasan.
Dilansir dari situs resmi Sekretariat Kabinet RI, Kamis, 25 September 2014, Marty, usai Sidang Majelis Umum PBB, New York, Amerika Serikat, menginginkan adanya penyelesaian yang lebih komprehensif.
"Secara prinsip, pemerintah mendukung upaya-upaya untuk mengatasi ancaman itu. Namun, Indonesia menginginkan penyelesaian komprehensif terhadap masalah ISIS," kata dia.
Dia menambahkan, jika hanya tindak kekerasan yang digunakan untuk melawan ISIS, maka hanya bisa dirasakan efeknya sementara. Sebab, setelah itu akan ada banyak masalah baru yang tercipta.
Maka, mantan Duta Besar Indonesia di PBB itu berharap upaya yang dilakukan saat ini oleh beberapa negara hanya sebagian dari paket upaya yang lebih komprehensif dan menyeluruh.
"Kita tidak menginginkan adanya siklus kekerasan yang akan berakibat pada kerugian yang dialami masyarakat biasa," kata dia.
Pernyataan Marty ini menjadi penegasan kembali pidato Presiden Susilo Bambang Yudoyono di hadapan hampir 1.000 kadet Akademi Militer West Point, AS pada Senin kemarin.
Saat itu, SBY menegaskan bahwa perang tidak akan selalu bisa menyelesaikan konflik. Justru untuk mengatasi aksi terorisme dibutuhkan berbagai pendekatan, salah satunya program deradikalisasi dan diskusi di antara para pemimpin agama.
"Tujuannya untuk mengikis pola pikir ekstrimisme yang ada di dalam pikiran mereka," kata SBY. (ren)
Post a Comment