OJK Optimistis Dana Tabungan Capai Rp200 Triliun
VIVAnews - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis dana tabungan bisa mencapai Rp200 triliun, menyusul adanya layanan keuangan digital dan layanan bank tanpa kantor cabang (branchless banking) yang bisa menjangkau masyarakat lebih luas.
Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Gandjar Mustika, mengatakan, jumlah tersebut bisa dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Namun, hal tersebut mesti diikuti dengan teknologi yang mendukung.
"Ini kan baru sebetulnya, ada sharing cost seperti bank dan telekomunikasi, sehingga biaya ke costumer bisa nol. Seharusnya, media sosial dan bisnis bisa berjalan bergandengan," ujar Gandjar dalam acara Financial Services Summit 2014 di Hotel JW Marriot, Jakarta, Selasa 9 September 2014.
Jumlah tersebut, lanjut Gandjar, bisa tercapai jika branchless banking bisa menarik 100 juta nasabah baru, dengan jumlah tabungan rata-rata Rp2 juta per orang.
Peran media massa, menurut dia, sangat penting untuk bisa menggaet jumlah nasabah baru sebanyak itu.
Dia mengatakan, produk yang dapat dipasarkan melalui branchless banking yakni basic saving account, kredit mikro, dan asuransi mikro. Namun, dengan jumlah transaksi maksimal yang dibatasi di bawah Rp20 juta.
"Basic saving account nominalnya masih kecil, dibatasi Rp20 juta. Tapi, masih rancangan, masih digodok itu. Intinya ada batasan-batasan itu, karena kan ada biaya yang harus ditanggung oleh perbankan," tutur dia.
Menurut dia, branchless banking bisa menjangkau konsumen yang lebih luas, dengan adanya sarana seperti phone banking, internet banking, point of sales, dan ponsel.
Selain itu, penyediaan saluran distribusi melalui dua model, yakni rekening di bank dan rekening tanpa bank seperti e-money atau asuransi mikro.
Dia menambahkan, pergeseran paradigma dari micro finance ke financial inclusion merupakan keharusan. Sebab, saat ini cakupan micro finance tidak hanya terbatas kredit mikro. Tetapi, juga produk keuangan lainnya, seperti tabungan, asuransi, dan sistem pembayaran.
Selain itu, karena adanya peluang untuk menggunakan teknologi digital dan telekomunikasi untuk memperluas layanan keuangan.
"Hal ini, bisa menjangkau masyarakat yang belum mengenal bank (unbanked) dari semua tingkatkan pendapatan," ungkapnya. (art)
Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Gandjar Mustika, mengatakan, jumlah tersebut bisa dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Namun, hal tersebut mesti diikuti dengan teknologi yang mendukung.
"Ini kan baru sebetulnya, ada sharing cost seperti bank dan telekomunikasi, sehingga biaya ke costumer bisa nol. Seharusnya, media sosial dan bisnis bisa berjalan bergandengan," ujar Gandjar dalam acara Financial Services Summit 2014 di Hotel JW Marriot, Jakarta, Selasa 9 September 2014.
Jumlah tersebut, lanjut Gandjar, bisa tercapai jika branchless banking bisa menarik 100 juta nasabah baru, dengan jumlah tabungan rata-rata Rp2 juta per orang.
Peran media massa, menurut dia, sangat penting untuk bisa menggaet jumlah nasabah baru sebanyak itu.
Dia mengatakan, produk yang dapat dipasarkan melalui branchless banking yakni basic saving account, kredit mikro, dan asuransi mikro. Namun, dengan jumlah transaksi maksimal yang dibatasi di bawah Rp20 juta.
"Basic saving account nominalnya masih kecil, dibatasi Rp20 juta. Tapi, masih rancangan, masih digodok itu. Intinya ada batasan-batasan itu, karena kan ada biaya yang harus ditanggung oleh perbankan," tutur dia.
Menurut dia, branchless banking bisa menjangkau konsumen yang lebih luas, dengan adanya sarana seperti phone banking, internet banking, point of sales, dan ponsel.
Selain itu, penyediaan saluran distribusi melalui dua model, yakni rekening di bank dan rekening tanpa bank seperti e-money atau asuransi mikro.
Dia menambahkan, pergeseran paradigma dari micro finance ke financial inclusion merupakan keharusan. Sebab, saat ini cakupan micro finance tidak hanya terbatas kredit mikro. Tetapi, juga produk keuangan lainnya, seperti tabungan, asuransi, dan sistem pembayaran.
Selain itu, karena adanya peluang untuk menggunakan teknologi digital dan telekomunikasi untuk memperluas layanan keuangan.
"Hal ini, bisa menjangkau masyarakat yang belum mengenal bank (unbanked) dari semua tingkatkan pendapatan," ungkapnya. (art)
Post a Comment